Sama-Sama Nyebelin
“Mir, lihat gelangku, ndak?” tanya Felya.
“Kagak,”
jawab Mir.
“Beneran?”
tanya Felya lagi.
“Beneran,
lah!” jawab Mir.
“Serius?”
tanya Felya dengan nada agak meninggi.
“Beneran!
Masa sama teman sendiri kagak percaya, sih!” ketus Mir hingga berdiri dari
bangkunya dan menepuk meja dengan keras.
“Maaf
ya bukan nggak percaya sama kamu, tapi yang terakhir pinjam gelangku kan kamu,”
tukas Felya.
“Iya, tapi bukan berarti aku yang ambil nggak kembalikan. Kan tadi dah aku kembalikan,
masa nggak ingat, sih?” ucap Mir.
“Lah, terus gelangku mana?” rish Felya.
“Mana kutahu,” ucap Mir sambil memonyongkan bibirnya dan menaikkan kedua bahunya.
“Coba
cari di laci meja, kantong baju, sama tas,” sambungnya.
“Udah,
tapi nggak ketemu,” keluh Felya.
“Eh,
tadi kamu ke toilet, kan? Coba cari di sana,” tebak Mir.
“Udah,
sampai bolak balik pula, tapi nggak ketemu,” ucap Felya.
“Bentar, ya. Aku mau ke kantin,” ucap Mir berjalan meninggalkan kelas.
“Ei,
Mir! Mir!” panggilnya dengan suara keras, tapi dia sudah berjalan jauh.
“Haduh... dasar,” lirih Felya.
Mir pergi ke kantin membeli sekotak
teh buah dan sebungkus roti cokelat. Ketika ia berjalan menuju kelasnya,
terlihat sesuatu yang berkilau hingga membuatnya silau. Ia mencari tahu benda apa yang membuatnya silau.
Tanpa sadar ia berhenti di suatu tempat dimana ia menemukan benda yang
membuatnya silau. Kedua matanya membesar terbelalak melihat benda itu.
Di kelas, Felya duduk diam di
bangkunya memasang wajah cemberut dan putus asa karena tidak menemukan
gelangnya. Teman kelasnya sudah ia tanyai, tapi hasilnya nihil.
“Malangnya nasibku….,” ucap Felya
bersuara pelan.
BRAK!!!
Seseorang membuka pintu dengan keras
hingga seisi kelas terkejut, termasuk Felya. Orang itu berjalan menuju Felya
dengan menatapnya sinis. Bajunya terlihat kotor seperti terlihat
habis melakukan perkelahian.
“Duuh, bikin kaget aja. Untung nggak
jantungan,” ucap Theo.
“Felya….,” ucap Mir dengan senyum
sinisnya yang membuat Felya ketakutan.
“Hee? Ap…. Apa?” tanya Felya gugup.
“Payah. Gara-gara kamu, aku jadi
begini. Kamu harus tanggung jawab,” ucap Mir membuat matanya melotot ke Felya.
“Tanggung jawab? Maksudnya?”
tanya Felya terbata-bata gugup hingga bulu kuduknya merinding.
Mir mengangkat tangan kanannya.
Felya menutupi kedua matanya dengan rasa takut yang merambat ke seluruh
tubuhnya. Ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan.
TEK!
Felya mendengar suara benda yang
ditaruh di atas mejanya. Perlahan Felya membuka matanya walaupun masih
ketakutan.
“Haaahhh! Inikan… inikan… darimana kau dapat itu?,” kaget Felya bersuara keras.
“Nggak usah pakai teriak segala
kale, lebay tahu,” ketus Mir.
“Huaaa… akhirnya ketemu. Makasih,
Mir,” seru Felya sambil memakai gelangnya.
“Kutemukan di dekat halaman belakang
sekolah. Pas ambil, di depanku ada kandang anjing penjaga. Tiba-tiba saja
anjing itu nyerang aku, jadi aku balas balik. Jadi deh kayak gini. Biar babak
belur, yang penting gelangmu ketemu,” jelas Mir.
“Makanya jangan ceroboh. Payah,”
timpalnya.
“Ehehee… maaf deh,” ucap Felya
sambil nyengir.
“Hmm, iya iya,” balas Mir.
“Kamu ini bikin takut aja. Kukira kamu
bakalan mukul aku, ujung-ujungnya gini,” keluh Felya.
“Biar dramatis,” seru Mir sambil
nyengir.
“Oiya, aku ingat. Tadi habis dari
toilet aku jalan-jalan di dekat kandang anjing itu, terus kabur. Anjingnya
galak banget, padahal aku nggak gangguin,” ucap Felya.
“Sebagai gantinya, aku beliin
seragammu, deh,” sambungnya.
“Tidak usah. Aku punya cadangannya
di loker,” balas Mir.
Felya hanya ber-oh-ria. Mir segera
mengganti seragam yang kotor dengan seragam cadangannya. Beberapa menit
kemudian, Mir kembali ke kelas. Mir melihat Felya sedang tidur di bangkunya. Mir
berjalan menghapiri Felya.
“Jam segini udah tidur? Ck, ck, ck!”
ucap Mir sambil menggelengkan kepala.
“Oi, bangun! Felya!” ucapnya
setengah berteriak membangunkan Felya.
Mir terus membangunkan Felya, tapi
hasilnya nihil. Mir berhenti dan berpikir bagaimana cara membangunkan Felya.
“Hmm….”
“Hmm…. uuhh….”
“Uhh…. Ck, apaan sih!” lirih Felya
yang masih tertidur.
“Duuh, apaan sih!” kesal Felya
hingga terbangun dari tidurnya.
“Akhirnya bangun juga nih Putri
Tidur,” cengir Mir.
“Nggak ada kerjaan lain apa?” ketus
Felya.
“Teman-teman! Siapkan kaca!” seru
Mir.
Felya heran dengan tingkah laku Mir.
Felya melihat sebuah kaca besar yang dibawa oleh teman-temannya. Felya terkejut
dengan apa yang dilihatnya.
“Ap…. Apa…. ini!” kaget Felya.
“Hehehe bagus, kan?” seru Mir.
“Kamu bilang bagus, ya?” gumam Felya
hingga wajahnya merah seperti kepiting rebus menahan rasa malunya.
“Berani-beraninya melakukan ini
padaku! Emangnya aku ini anak tk, hah!” kesal Felya masih dengan wajah memerah.
“Kalau gitu kan tambah imut, hahaha.
Bener nggak, teman-teman?” salut Mir memberinya dua jempol.
Mereka memberi anggukan
setuju disertai tawa kecil melihat gaya rambut Felya yang diikat dua dengan
pita berwarna merah muda dan poni lurus di atas alis mata membuat ia terlihat
semakin imut.
“Ke sini kau! Biar kuhajar kau!”
Felya mengejar Mir yang langsung berlari keluar dari kelas.
Mir
berlari menampakkan rasa senangnya tanpa rasa bersalah.
“MIIIRR!!!”
Tamat
Semoga kalian suka! No copas ya :)
BalasHapus